Jumat, 24 Juli 2015

Singgah di Gresik? Cicipi Nasi Krawu yang Langka

Bicara perihal Kota Gresik terbersit dalam pikiran kita yaitu suatu kota dengan pabrik Semen Gresik. Tak salah, tetapi janganlah lupa bila di Gresik, ada kuliner khas kota itu yaitu nasi krawu. Terkecuali nasi krawu, kuliner yang lain sebagai khas yaitu otak-otak bandeng atau kue pudak yang telah sangatlah popular. 

Sayangnya, sekarang ini nasi krawu mulai langka diketemukan. Penjualnya juga umumnya telah turun temurun serta ada di ruang spesifik. Kurang cuma mendatangi ruang perkotaan serta depot di tepi jalan raya saja. Butuh menjelajah perkampungan warga agar temukan menu unik yang sulit didapati di kota lain. 

Seperti Depot Mbuk Marjani di Jalan Nyai Ageng Pinatih. Ditempat ini aneka menu khas Gresik buatan orang Madura ada. Nasi krawu disajikan dengan lauk yang bukanlah terbatas empal atau daging sapi goreng suwir saja. 

Bali belut, bali tahu, babat goreng, babat bumbu kecap, usus goreng, paru goreng, serta semur usus sapi disediakan juga sebagai lauk pendamping nasi krawu. “Daging suwir pastinya, serundeng, serta sambal petis belacan, ” tutur Mu’amaroh, cucu Mbuk Marjani. 

Lauk seperti bali belut atau semur usus sapi ini tidak sering ada di depot-depot penjual nasi krawu. Masakan seperti ini umumnya didapati ditempat makan yang di proses orang Madura asli. Orang Madura adalah pendatang yang menularkan aneka kuliner sebagai sisi kehidupan warga Gresik asli. 

Nasi krawu sendiri di saat lantas adalah makanan beberapa pekerja di pelabuhan. Mbuk Marjani berjualan nasi krawu telah kian lebih 40 th.. Pada awal mulanya, dia menjual nasi krawu serta semur usus digendong keliling kampung. 

“Delapan belas th. akhir-akhir ini menetap di Jalan Nyai Ageng Pinatih, ” ucap Mu’amaroh. 

Tiap-tiap type lauk ditempatkan diatas piring besar. Semur usus diwadahi panci besar yang ada diatas kompor hingga tak pernah dingin. Bila dingin, kuahnya bakal mengental (ngendhal) serta tidak lagi menarik untuk dikonsumsi. 

Semur usus ini di buat dari usus sapi bumbu bawang putih, bawang merah, lengkuas, serta sedikit kecap. Sistem memasaknya cukup lama yakni mulai jam 03. 00 sampai 08. 00, itu juga tak pernah di turunkan dari kompor. 

“Usus bila tak lama merebusnya bakal alot, ” tambah Munirah, saudara Mbuk Marjani. 

Sehari-hari, mereka memerlukan babat 10 sampai 15 kg, daging suwir krawu delapan kg, serta delapan butir kelapa untuk bikin serundeng. Sedang sambalnya di buat dari kombinasi petis serta belacan. 

“Paling enak gunakan belacan, menurut kami, lebih khas aromanya, ” kata Munirah sambil tunjukkan semangkuk belacan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar